Monday, November 10, 2014

PENENTUAN KADAR Fe DALAM SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INSTRUMEN


PENENTUAN KADAR Fe DALAM SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER  UV-VIS

Tanggal Praktikum : 28 April 2014



Dosen Pembimbing:
Dra. Zackiyah, M.Si

DisusunOleh:

Kelompok 2

Anis Ro’iyatunisa       (1103104)
Artha Lia Emilda        (1100317)
Aulia Rahim                (1100085)


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

A.      Tanggal Praktikum : 28 April 2014
B.       Judul Praktikum : Penentuan Kadar Fe dalam Sampel menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
C.      Tujuan Praktikum
Menentukan kadar Fe dalam sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis

D.      Tinjauan Pustaka
Spektroskopi UV-Vis didasarkan pada serapan sinar UV tampak yang menyebabkan terjadinya transisi diantara tingkat energi elektronik molekul. Transisi ini dapat terjadi antara orbital ikatan (bonding) atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang sinar yang diserap sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital (∆E).
(Tri, Panji. 2012 : 1 dan 5)
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorbsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang sedang di analisis. (Sumar, Hendayana. 1996 : 155).
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik makamolekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai.Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan tereksitasi.
Jika suatu radiasi elektromagnetik menembus suatu larutan yang berada dalam suatu bejana gelas, maka sebagian cahaya akan diserap oleh larutan dan selebihnya akan dilewatkan. Bagian  yang diserap akan diukur dengan besaran absorban (A) atau ekstingsi yang diberi lambang , dan yang diteruskan disebut tranmisi (T), hubungan antara A dan T dapat dirumuskan sebagai berikut:    
A = - log T
Senyawa yang dapat menyerap cahaya tersebut adalah senyawa yang memiliki pasangan elektron yang tidak berpasangan atau gugus kromoform.
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 39-40).
Menurut Lambert, fraksi penyerapan sinar tidak tergantung pada I (intensitas cahaya), sedangkan Beer menyatakan bahwa serapan sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap. Penjabaran hukum Lambert-Beer menghasilkan persamaan :
A = bc

Keterangan :
A = Absorbansi
 = absortivitas molar/serapan per satuan konsentrasi
b = tebal sel/ kuvet (cm)
c = konsentrasi (molar)
(Tri, Panji. 2012 : 6-7).
Beberapa batasan dalam hukum Lambert-Beer antara lain:
       Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
       Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama
       Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut
       Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi
       Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan 
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 41)
Skema spektrofotometer single beam adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema spektrofotometer single beam
(David, Harvey. 1956 : 389)

Adapun komponen-komponen istrumen spektrofotometer UV/VIS:
  1. Sumber Radiasi
Spektrofotometer menggunakan sumber sinar yang berbeda sesuai jangkauan daerah spektrumnya. Lampu xenon (200-1000 nm), lampu deuterium / hydrogen (160-380 nm), lampu  tungsten (350-2500 nm), dan lampu  tungsten-halogen (350-800 nm).
Gambar 2. Lampu Tungsten          Gambar 3. LampuDeutrium
(Harris:2009)
2.      Monokromator
Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponenpanjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan  instrumen  melewati spektrum.
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 42).
            Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width).
Ada 2 macam monokromator yaitu :
       Filter Optik : Lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya
       Lensa Prisma/ Grating : cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya
Gambar 4. Skema monokromator
3.      Sel sampel/Kuvet
Sel atau kuvet adalah tempat sampel yang akan di uji. Sampel biasanya terkandung dalam sel yang disebut kuvet, rata, digabung dengan permukaan silica. Kuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
       Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
       Tidak menyerap cahaya yang digunakan
        Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
        Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
       Tidak boleh rapuh.
        Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
Gambar 5. Macam-macam kuvet
4.      Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah sinyal radiasi menjadi sinyal elektronik yang kemudian ditampilkan pada read out. Prinsipnya adalah menyerap energi menjadi besaran yang dapatdiukur. Adapun syarat detector adalah harus menghasilkan sinyal yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan intensitas sinar, mempunyai kepekaan tinggi terhadap radiasi yang diterima, memiliki respon tetap pada daerah panjang gelombang pengamatan, besaran-besaran yang dihasilkan harus berbanding lurus dengan energi radiasinya elektronik harus bisa diamplifikasikan ke rekorder.
                  Gambar 7. Detektor Photovoltaic                        Gambar 8. Detektor Phototube
(Harvey:1956)
`
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Banyak sinar yang diserapakan berkorelasi dengan kuantitas analit yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer.

C. Alat dan Bahan Praktikum

v Alat :

a. Spektronik-20 D                  1 set
b. Labu takar 100 ml               2 buah
c. Labu takar 25 ml                 6 buah
d. Gelas kimia 100 ml             1 buah
e. Botol semprot                      1 buah
f. Spatula                                 1 buah
g. Corong pendek                   1 buah
h. Pipet volumetri                    3 buah
i. Pipet tetes                            3 buah
j. Batang pengaduk                 3 buah
v Bahan

a.  Garam Fe(NH4)2.6H2O     0,0702 g
b. Hidroksilamin-HCl 5%      ± 7 ml
c. CH3COONa 5%                 ± 56 ml
d. 1,10-fenantrolin 0,1%        ± 35 ml
e. Aquades                             Secukupnya
f. Asam sulfat 2 M                 5 ml












D. Prosedur Kerja Praktikum

a. Pembuatan Larutan Induk Fe (II) 100 ppm
Garam Fe(NH4)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,0700 gram, kemudian dilarutkan menggunakan aquades. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml. Sebanyak 5 ml H2SO4 2 M ditambahkan dalam labu ukur, lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas. Dihomogenkan.
b. Pembuatan Larutan Standar Fe (II) 10 ppm
10 ml larutan induk Fe (II) 100 ppm dipipet kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian, ditambahkan aquades hingga tanda batas. Dihomogenkan.
c. Preparasi Deret Standar
1.  Ada 5 larutan standar dengan konsentrasi berbeda dibuat dari larutan standar Fe (II) 10 ppm yang telah dipersiapkan. Diantara yaitu :
 v Larutan standar Fe (II) 1 ppm.
Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 2,5 ml kedalam labu ukur 25 ml.
 v Larutan standar Fe (II) 1,5 ppm.
Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 3,75 ml kedalam labu ukur 25 ml.
v Larutan standar Fe (II) 2 ppm.
Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 5 ml kedalam labu ukur 25 ml.
 v Larutan standar Fe (II) 2,5 ppm.
Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 6,25 ml kedalam labu ukur 25 ml.
 v Larutan standar Fe (II) 3 ppm.
Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 7,5 ml kedalam labu ukur 25 ml.
2. Tiap-tiap labu ukur ditambahkan 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin 0,1 %. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan terakhir dihomogenkan.

d. Preparasi Sampel
Sampel dipipet sebanyak 5 ml kedalam labu ukur 25 ml. Ditambahkan 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin 0,1 %. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan terakhir dihomogenkan.

e. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan standar Fe (II) dengan konsentrasi 2 ppm di ukur absorbansinya pada rentang l = 400-600 nm, dengan jarak rentang 10 nm. Dari data hasil pengukuran dicari l dengan nilai absorbansi tertinggi.

f. Pengukuran Deret Standar dan Sampel
Pengukuran absorbansi larutan standar dan sampel dilakukan pada l maksimum yang telah didapat. Jika serapan sampel berada diluar rentang deret standar, maka sampel diencerkan. Data hasil pengukuran dibuat dalam bentuk kurva antara konsentrasi dan serapan deret standar.
g. Preparasi Larutan Blanko
Larutan blanko dibuat dari 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin 0,1 %. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan terakhir dihomogenkan.
h. Matching Kuvet
Kuvet yang diuji sebanyak 5 buah. Masing-masing kuvet diisi dengan larutan CoCl2. Kemudian, diukur absorbansinya menggunakan larutan blanko aquades sebagai pembanding. Dari data pengukuran yang didapat, diambil 2 kuvet yang nilai absorbansi larutan CoCl2 nya tidak terlalu berbeda jauh.

I.     ANALISIS DATA
A= ε . l . c
         Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Fe dalam sampel air menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS. Prinsip kerja dari alat spektrofotometer UV-VIS adalah penyerapan cahaya oleh suatu molekul dengan panjang gelombang tertentu pada daerah sinar tampak dan ultra violet. Hukum yang mendasari percobaan ini adalah hukum Lambert-Beer yaitu :
  Maka untuk memenuhi hukum Lambert-Beer tersebut, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu : sampel harus jernih, konsentrasinya rendah, larutannya stabil, dan sinar yang digunakan merupakan sinar monokromatis.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adah M-106, daerah analisis dari alat ini hanya pada rentang sinar tampak, tidak bisa digunakan untuk daerah ultraviolet. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis antara 380-750 nm.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pembuatan larutan induk Fe(II) 100 ppm. Larutan dibuat dengan cara melarutkan garam Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dengan aquades dan ditambahkan asam. Tujuan penambahan asam adalah untuk menghindari hidrolisis, sehingga mencegah terbentuknya endapan Fe(OH)2. Dalam keadaan basa, ion Fe2+ bisa bereaksi dengan ion OH- membentuk endapan Fe(OH)2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Fe2+(aq) + 2OH-(aq) → Fe(OH)2(s)
4Fe(OH)2(s) + 2H2O (l) + O2(g) → 4Fe(OH)3(s)
Asam yang digunakan adalah H2SO4, tujuannya untuk menghindari penambahan matriks, karena garam Fe yang digunakan sudah mengandung SO4, maka asam yang paling sesuai digunakan adalah H2SO4.
Selanjutnya, dilakukan pembuatan larutan standar Fe(II) 10 ppm, caranya dengan mengencerkan larutan induk. Dari larutan standar Fe(II) 10 ppm, dibuat lagi larutan deret standar dengan konsentrasi 1 ppm, 1,5ppm, 2 ppm, 2,5ppm, dan 3ppm. Pada proses pembuatan larutan deret standar dilakukan penambahan hidroksilamin - HCl 5%. Tujuannya adalah untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II). Hal ini bertujuan untuk pembentukan kompleks yang lebih stabil. Selanjutnya ditambahkan bufer CH3COONa 5% yang bertujuan untuk menjaga pH larutan sekitar pH 6-9. pH ini berkaitan dengan pembentukan senyawa kompleks, jika pH terlalu basa ( > 9 ) dikhawatirkan akan terbentuk endapan Fe(OH)2 sedangkan jika pH terlalu asam ( < 6 ) dikhawatirkan tidak terbentuk komplek dari Fe(II).
Tahap selanjutnya adalah penambahan 1,10 – Fenantrolin 0,1% yang berperan sebagai ligan dalam pembentukan komplek Fe(II)fenantrolin. Pembentukan kompleks ditandai dengan perubahan warna larutan, dari tidak berwarna menjadi berwarna jingga. Berikut ini adalah reaksi pembentukan senyawa kompleks Fe(II)fenantrolin :
Setelah pembuatan larutan deret standar, dilakukan juga preparasi sampel. tahap preparasi sampel sama dengan pembuatan deret standar, yaitu sampel ditambahkan hidroksilamin-HCl 5%, CH3COONa 5%, dan 1,10 – Fenantrolin 0,1%. Penambahan hidroksilamin-HCl 5% bertujuan untuk mengubah semua ion Fe menjadi Fe(II). Karena ketika pengujian absorbansi, yang teruji dengan alat spektrovotometer visibel adalah komplek Fe(II) yang stabil, maka agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat maka harus dipastikan semua ion Fe dalam bentuk ion Fe(II). Setelah ditambahkan 1,10 – Fenantrolin 0,1%, sampel masih tetap tidak berwarna, maka ditambahkan larutan standar Fe(II) 10 ppm, metode ini merupakan metode standar adisi.
Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi terhadap deret standar dan sampel, terlebih dahulu dilakukan matching kuvet dan pengukuran lamda maksimum. Matching kuvet bertujuan untuk menemukan dua buah kuvet yang memiliki nilai absorbansi yang samahampir mirip, agar pengukuran absorbansi dari blanko dan sampel lebih akurat (tidak dipengaruhi oleh faktor perbedaan absorbansi kuvet. Pada proses matching kuvet digunakan larutan CoCl2 yang berwarna merah muda. Pengukuran ʎmaksimum bertujuan untuk menentukan panjang gelombang yang sesuai untuk pengukuran, agar diperoleh nilai absorbansi yang maksimum. ʎmaksimum diperoleh pada 515nm.
Pengukuran absorbansi deret standar dimulai dari konsentrasi yang terendah hingga tertinggi setelah diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing konsentrasi, kemudian data tersebut diplotkan kedalam grafik kurva kalibrasi. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garis y = 0,2108x + 0,0032.
Berdasarkan data hasil pengukuran terhadap sampel diperoleh absorbansi sampel sebesar 0,337. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar Fe dalam sampel yang telah diadisi dengan larutan standar sebesar 1,5835 ppm. Sedangkan berdasarkan faktor pengenceran, kadar Fe adalah 1,6000 ppm. Maka diperoleh kadar Fe dalam sampel air ledeng adalah -0,0825 ppm. Perhitungan ini menggunakan uji t dengan taraf kepercayaan 95%.


J. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi mengunakan alat spektrofotometer Visibel M-106 untuk sampel air ledeng, diperoleh kadar Fe sebesar -0,0825 ppm. Harga minus tersebut menunjukan bahwa sampel tidak mengandung besi (Fe).



DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Syarif, dkk. (2012). Modul Praktikum Kimia Analisis. Bantung : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Harris, Daniel C. (2009). Exploring Chemical Analysis Fourth Edition. New York : W.H Freeman and Company
Harvey, David.(1956). Modern Analytical Chemistry. Depauw University: M.C Graw Hill Companies
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia AnalitikInstrumen. Semarang:Ikip Semarang Press.
Panji, Tri. (2012). Teknik Spektroskopi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wiji, dkk. (2013). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Lab Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI


No comments:

Post a Comment

CARA HIDUNG MERESPON BAU

Manusia memiliki lima indera yang memiliki fungsi berbeda-beda. Salah satu dari lima indera tersebut adalah hidung yang berperan sebagai a...