oleh : Anis
Ro’iyatunisa 1103104
1.
Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan
kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Menurut Zainal Arifin
(2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari
aspek perencanaannya ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
Kompetensi
adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan pola bertindak.
Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ciri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfikir teratur
dan sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan, dan
kemampuan memperbarui diri (regenerative
capability).
Ciri
pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya adalah penjaringan dan
pengelolaan informasi balikan (feedback)
secara teratur untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga
kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative capability), baik tingkat lembaga maupun tingkat
nasional.
b. Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan
sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang
umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen. Pendekatan sistem
terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (a) filsafat sistem, yaitu sebagai
cara berfikir (way of thingking)
tenang fenomena secara keseluruhan, (b) analisis sistem, yaitu metode atau
teknik dalam memecahkan masalah (problem
solving) atau pengambilan keputusan (decision
making), dan (c) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem ditengah
mengelola organisasi.
c. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Klarifikasi
nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan
sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan
perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang berlaku.
Ciri
pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifikasi nilai, antara lain:
peran guru kurang dominan dalam pembelajaran, guru lebih sedikit member informasi
dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari peserta didik.
d. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
Pendekatan
ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.
Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secar global oleh
pengembang kurikuum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang
akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan
filsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin
dicapai.
e. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)
Pengembangan
kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai
masalah kurikulum secara khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang
masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang ereka hadapi
dalam mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode
dan media dalam pembelajaran, serta sistem penilaian.
f. Pendekatan Terpadu
Pendekatan
terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya
dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam studi
tentang kurikulum terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :
o Pendekatan
Sentralisasi (Centralized Approach)
Pendekata ini disebut juga pendekatan Top-Down, yaitu pedekatan yang
menggunakan sistem komando (dari atas ke bawah). Artinya, kurikulum
dikembangkan oleh pemerintah pusat dan sesuai dengan garis komando.
o Pendekatan
Disentralisasi (Dicentralized Approach)
Pendekatan ini disebut juga pendekatan grass-rooth, yaitu suatu sistem
pendekatan yang dimulai dari akar rumput, dalam hal ini adalah guru sebagai
ujung tombak pengembang kurikulum ditingkat sekolah, baik secara individual
maupun secara kelompok.
2. Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum
merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena
itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan. Beberapa model pengembangan kurikulum antara
lain:
a.
Model
Ralp Tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikembangkan
Tyler, menurut Tyler ada empat tahap pengembangan kurikulum, meliputi :
1)
Menentukan tujuan pendidikan;
2)
Menentukan proses pembelajaran yang
harus dilakukan;
3)
Menentukan organisasi pengalaman
belajar;
4)
Menentukan evaluasi pembelajaran;
b.
Model
Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut
juga dengan istilah top down (dari
atas ke bawah) atau line-self-procedure,
artinya pengalaman kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari
para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum.
c.
Model
Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini
kebalikan dari model administratif. Model Grass
Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah.
Dalam proses pengembangann kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan
guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh
para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai
dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagian-bagian yang lebih
besar.
Hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum model Grass Roots,
diantaranya:
1) Guru
harus memiliki kemampuan yang profesional;
2) Guru
harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan
kurikulum;
3) Guru
harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemeliharaan bahan, dan
penentuan evaluasi;
4) Pemahaman
guru mengenai kurikulum akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip dan
rencana-rencana.
d.
Model
Demonstrasi
Model
pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam
skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi
dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak
tertentu.
e.
Model
Miller-Seller
Model
pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi
dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson),
dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1) Klarifikasi
Orientasi Kurikulum
Orientasi merefleksikan pandangan
filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan. Menurut Miller dan Seller ada 3 jenis orientasi kurikulum yaitu :
transmisi, transaksi, dan transformasi.
2) Pengembangan
Tujuan
3) Identifikasi
Model Mengajar
Ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan, yaitu:
· Disesuaikan
dengan tujuan umum maupun tujuan khusus;
· Strukturnya
harus sesuai dengan kebutuhan siswa;
· Guru
yang menerapkan kurikulum itu harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih,
dan mendukung model;
· Tersedia
sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
f.
Model
Taba (Inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi model
Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru.
Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan
kurikulum. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum.
Langkah-lanhkah pengembangan kurikulum, yaitu:
2) Mengadakan
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
3) Menguji
unit eksperimen
4) Mengadakan
revisi dan konsolidasi
5) Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing
a framework)
6) Implementasi
dan desiminasi
g.
Model
Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh George A.
Beauchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp, proses pengembangan
kurikulum meliputi lima tahap, yaitu :
1) Menentukan
arena atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
2) Menetapkan
personalia
3) Organisasi
dan prosedur pengembangan kurikulum
4) Implementasi
kurikulum
5) Evaluasi
kurikulum
3. Prosedur atau Proses Pengembangan
Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum
terdapat dua proses utama yakni pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan
pedoman instruksional.
a.
Pedoman Kurikulum
Pedoman kurikulum disusun untuk
menentukan dalam garis besarnya yaitu: apa yang akan diajarkan, kepada siapa
diajarkan, apa sebab diajarkan dengan tujuan apa, dan dalam urutan yang
bagaimana. Pedoman Kurikulum meliputi:
·
Latar
belakang, yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi
yang menjadi sasaran, raional bidang studi atau matakuliah, struktur organisasi
bahan pelajaran;
·
Silabus,
yang berisi matapelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni scope
(ruang lingkup) dan sequence nya (urutan penyajiannya);
·
Disain
Evaluasi.
b. Pedoman
Instruksional
Pedoman Intruksional diperoleh atas
usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik
sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas.
Dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman
kurikulum.
Referensi :
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum & Pembelajaran.
Bandung: Jurusan Kurtekpen UPI.
TirtaNizer
(2012,15
November).Pendekatan Dan Model Pengembangan Kurikulum. [Online].Tersedia:http://tirtanizertrs.blogspot.com/2012/11/pendekatan-dan-model-pengembangan.html
[6
Maret 2013].
T.n.(2012, 21 Februari ).Proses Pengembangan Kurikulum.
[Online].Tersedia: http://wawan-junaidi.blogspot.com/2012/02/proses-pengembangan-kurikulum.html
[6 Maret
2013].
Syukraan jazaakillaah..
ReplyDelete