oleh : Anis Ro’iyatunisa 1103104
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting. Apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan, jika landasan
atau fundasi bangunan tidak kuat maka bangunan tersebut akan mudah roboh
apabila diterpa badai atau guncangan.
Namun sebaliknya, jika fundasi bangunan tersebut itu kuat maka bangunan
tersebut akan tahan terhadap terpaan angin maupun guncangan.
Menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang
menjadi sandaran, suatu prinsip yang mendasari, dasar atau titik tolak.
Kurikulum
sebagai suatu sistem terdiri dari 4 komponen, yaitu :
1.
Komponen tujuan
(aims, goals, objectives)
2.
Isi atau materi
(contens)
3.
Proses
pembelajaran (learning activities)
4.
Komponen
evaluasi (evaluations)
Setiap komponen
bisa menjalankan fungsinya dengan tepat dan bersinergi, jika ditopang oleh
sejumlah landasan yang kuat.
Robert S. Zais
(1976) mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosophy
and the Nature of Knowledge, society and culture, the individual, dan
learning theory. Tyler (1988)
juga mengemukakan beberapa aspek yang melandasi kurikulum (school purposes), yaitu : use of philosophy, studies of learners,
suggestion from subject specialist, studies of contemporary life, dan use of psychology of learning.
Dari
perbandingan kedua pendapat diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa
landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek).
1.
Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian Filsafat
Istilah
filsafat merupakan terjemahan dari bahasa inggris “phylosophy” yang berasal dari perpaduan dua kata Yunani “philien”
yang berarti cinta (love) dan
“sophia” (wisdom) yang berarti kebijsanaan.
Jadi secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love
of wisdom (Redja Mudyahardjo, 2001:83). Secara operasional filsafat
mengandung dua pengertian, yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil
berfilsafat (sistem teori atau pemikiran).
Dalam
kaitannnya dengan definisi filsafat sebagai proses, Socrates mengemukakan bahwa
filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh, dan mendalam atau
cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Berdasarkan
luas lingkup yang menjadi kajiannya, filsafat dibagi menjadi dua cabang besar,
yaitu: filsafat umum atau murni, dan filsafat khusus atau terapan.
Bagan 1
pembagian filsafat berdasarkan kajian atau ruang lingkup
b. Manfaat Filsafat Pendidikan
Nasution (1982)
mengidentifikasi beberapa manfa’at filsafat pendidikan, yaitu:
· Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana
anak-anak melalui pendidikan di sekolah.
· Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang
dianut.
· Filsafat dan tujuan pendidikan memberikan kesatuan yang bulat
kepada segala usaha pendidikan.
· Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya,
sehingga tujuannya tercapai.
· Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi
kegiatan-kegiatan pendidikan.
c.
Filsafat dan
Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan akan menentukan arah kemana peserta didik akan
dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan tentang pandangan hidup
manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.
Filsafat atau pandangan hidup akan mempengaruhi tujuan pendidikan
nasional yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan
mengenai mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang dianutnya.
Herbert Spencer (Nasution, 1982) mengungkapkan lima kajian sebagai
sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan, yaitu :
1)
Self – Preservation
2)
Securing the necessities of life
3)
Rearing of family
4)
Maintaining proper social and political relationships
5)
Enjoying leisure time
d.
Filsafat dan
Tujuan Pendidikan
Kurikulum pada
hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan
pendidikan sangat mempengaruhi filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka
kurikulum yang dikembangkan harus juga mencerminkan falsafah atau pandangan
hidup yang dianut bangsa tersebut.
e.
Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan
Menurut
Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat
besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, yaitu : idealisme,
realisme, dan pragmatisme.
Konsep-konsep
filsafat
|
Idealisme
|
Realisme
|
Pragmatisme
|
Metafisika
|
· Realitas
yang bersifat spiritual atau rohaniah
|
· Realitas
yang bersifat fisik atau materi
|
· Kenyataan
tidak mungkin dan tidak perlu
|
Humanologi (hakikat manusia)
|
· Kemampuan
berfikir menyebabkan adanya kemampuan memilih
|
· Hakikat
manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakannya
|
· Manusia
adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial
|
Epistemologi (hakikat pengetahuan)
|
· Pengetahuan
diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berfikir
|
· Pengetahuan
diperoleh melalui pengindraan dengan menggunakan pikiran
|
· Pengetahuan
bersifat relatif dan terus berkembang
|
Aksiologi (hakikat nilai)
|
· Kehidupan
diatur oleh kewajiban moral
|
· Tingkah
laku manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh melalui ilmu atau adat
istiadat
|
· Tingkah
laku ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman- pengalaman hidup
|
Konsep
– konsep pendidikan
|
Idealisme
|
Realisme
|
Pragmatisme
|
Tujuan
Pendidikan
|
· Pembentukan
karakter, pengembangan bakat dan kebajikan sosial
|
· Dapat
menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung
jawab sosial
|
· Memperoleh
pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah baru dalam kehidupan
|
Isi
Pendidikan
|
· Pengembangan
kemampuan berfikir melalui pendidikan liberal atau pendidikan umum
|
· Kurikulum
komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyusunan diri
dalam hidup dan tanggungjawab sosial
|
· Kurikulum
berisi pengalaman – pengalaman yang
telah teruji secara minat dan kebutuhan anak
|
Metoda
Pendidikan
|
· Metode
dialetik atau dialogik
|
· Pengalaman
langsung atau tidak langsung, metode hendaknya bersifat logis dan berurutan
|
· Berfikir
reflektif atau pemecahan masalah
|
Peranan peserta
didik dan pendidik
|
· Peserta
didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya
· Pendidik
menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara
efektif dan efisien
|
· Peserta
didik menguasai pengetahuan yang dapat berubah-ubah
· Pendidik
menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik dan memilih kewenangan
untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan kepadanya
|
· Peserta
didik adalah organisme yang rumit yang mampu tumbuh
· Pendidik
mengawasi dan membimbing pengalaman belajar tanpa terlampau banyak mencampuri
urusan minat dan kebutuhan peserta didik
|
2.
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Melalui
pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju
kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral, intelektual,
maupun sosial. Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan.
Pengembangan
kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana
peserta didik belajar.
a.
Perkembangan
Peserta Didik dan Kurikulum
Syamsu Yusuf
(2005:23-27) menguraikan karakteristik tahap-tahap perkembangan individu yang
digambarkan sebagai berikut :
1)
Masa usia pra
sekolah 0-6 tahun
· Masa vital, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
merespon berbagai hal yang terdapat di lingkungannya.
· Masa estetik adalah masa berkembangnya rasa keindahan dan masa peka
bagi anak untuk memperoleh rangsangan (stimulasi) melalui seluruh indranya.
2)
Masa usia
sekolah dasar 6-12 tahun
Fasa ini disebut periode
intelektual, pada masa ini anak-anak lebih mudah diarahkan diberi tugas yang
harus diselesaikan dan berbagai kebiasaan.
3)
Masa usia
sekolah menengah 12-18 tahun
Masa usia menengah bertepatan dengan
masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena
sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakat orang dewasa.
b.
Psikologi
Belajar dan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan
terhadap belajar berdasarkan suatu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat
yang mungkin ditimbulkannya. Ada tiga teori belajar yang memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kurikulum di indonesia, antara lain :
1)
Teori psikologi
kognitif (kognitivisme)
2)
Teori psikologi
humanistik
3)
Teori psikologi
behavioristik
3.
Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum
Untuk
menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka
pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu
memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi,
menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan
martabat sebagai mahluk yang berbudaya.
Pendidikan
adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang
berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia,
dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia.
Calhoun, Light
dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi sosialisasi pendidikan, yaitu :
1)
Mengajar keterampilan
2)
Mentransmisikan kebudayaan
3)
Mendorong adaptasi lingkungan
4)
Membentuk kedisiplinan
5)
Mendorong bekerja berkelompok
6)
Meningkatkan perilaku etik, dan
7)
Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi
4.
Landasan Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan
perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk didalamnya perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang
didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan. Dengan perkembangan
zaman yang semakin pesat, pendidikan harus dapat membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Referensi :
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum
& Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen UPI.
No comments:
Post a Comment